Masuk / Daftar
08 Juli 2025
Pada era globalisasi, perusahaan menghadapi tantangan persaingan bisnis yang semakin ketat, baik di tingkat domestik maupun global. Agar dapat tetap bertahan dan unggul, perusahaan harus mengadopsi strategi bisnis yang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh dosen Akuntansi UBAYA, Dr. Felizia Arni Rudiawarni, S.E, M.Ak, CFP, menyoroti hubungan antara strategi bisnis, khususnya tipologi Miles dan Snow (prospectors dan defenders), kinerja perusahaan, serta apakah tingkat persaingan industri dapat mempengaruhi hubungan tersebut. Penelitian tersebut berfokus pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
Strategi Prospector Unggul dalam Kinerja Keuangan
Penelitian tersebut menemukan bahwa perusahaan yang mengadopsi strategi prospector (berfokus pada inovasi dan pengembangan produk baru), menunjukkan kinerja keuangan (ROA) yang lebih baik dibandingkan dengan defender yang cenderung konservatif dan berorientasi pada efisiensi. Keunggulan ini paling menonjol pada dua tahun pertama setelah strategi diterapkan, menunjukkan bahwa perlu untuk melakukan evaluasi strategi perlu secara berkala.
Persaingan Industri Tidak Selalu Memoderasi Strategi
Meskipun persaingan industri dianggap sebagai faktor yang penting, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat persaingan tidak selalu mempengaruhi hubungan antara strategi dan kinerja secara signifikan. Dalam sebagian besar analisis, strategi prospector tetap unggul, terlepas dari perusahaan beroperasi di pasar dengan tingkat persaingan yang tinggi maupun rendah. Dari hasil penelitian tersebut, perusahaan yang menerapkan strategi prospector tidak melakukannya berdasarkan kondisi persaingan bisnis yang mereka hadapi, tetapi memang merupakan ciri atau komitmen perusahaan untuk selalu berkembang.
Inovasi dan Aset Tak Berwujud Meningkatkan Efektivitas Strategi
Perusahaan yang memiliki aset tak berwujud, seperti hasil penelitian dan pengembangan, maupun paten, cenderung menunjukkan kinerja yang lebih baik jika menggunakan strategi prospector. Artinya, komitmen terhadap inovasi yang nyata (bukan hanya sekadar strategi tertulis) memiliki peran yang penting untuk mencapai hasil yang unggul, terutama dalam lingkungan yang tingkat persaingannya tinggi.
ROA vs ROE: Perbedaan Dampak Strategi
Strategi bisnis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA (pengukuran efisiensi internal), namun tidak selalu berdampak nyata pada ROE (tingkat pengembalian kepada pemegang saham). Hal ini menunjukkan bahwa strategi mungkin lebih berdampak pada operasi internal dibandingkan persepsi investor dalam jangka pendek.
Leverage Tinggi Menghambat Kinerja
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa struktur pendanaan perusahaan, khususnya tingkat utang (leverage), memiliki dampak negatif terhadap kinerja. Semakin tinggi utang perusahaan, maka semakin besar resiko keuangan yang dapat menurunkan kinerja jangka panjang, terutama jika strategi yang diambil berorientasi pada inovasi yang mahal. Stragegi prospector harus diimbangi dengan kemampuan pendanaan bila tidak ingin terjadi penurunan pada jangka panjang. Strategi tersebut tidak boleh hanya berorientasi pada kinerja jangka pendek, khususnya bila menggunakan pendanaan dari utang.
Industri Manufaktur Butuh Inovasi Berkelanjutan
Perusahaan manufaktur, dengan produk yang mudah diperdagangkan dan ditiru, membutuhkan inovasi terus-menerus agar tetap kompetitif. Strategi prospector menjadi pilihan yang tepat dalam konteks ini, terutama karena industri ini sedang bergeser ke arah servitisation, yaitu penambahan layanan berbasis digital untuk membedakan diri di pasar.
Strategi bisnis prospector terbukti lebih efektif dalam meningkatkan kinerja perusahaan manufaktur di Indonesia, terutama dalam dua tahun pertama. Namun, strategi ini hanya efektif jika didukung dengan komitmen nyata terhadap inovasi dan dikelola dengan struktur pendanaan yang sehat. Persaingan industri tidak secara langsung menentukan keberhasilan strategi, tetapi perusahaan tetap harus menyesuaikan pendekatannya dengan dinamika pasar. Oleh karena itu, manajer harus mengevaluasi strategi bisnis secara berkala, dan menyesuaikannya dengan kondisi industri dan kapabilitas internal perusahaan.
*Note:
Ulasan diatas merupakan rangkuman dari:
Rudiawarni, F. A., Tjahjadi, B., Agustia, D., & Soewarno, N. (2022). Business strategy and industrial competition: The case of manufacturing companies. International Journal of Business Environment, 13(1), 35–59.
Download artikel penuh:
(Nadine)
Populer