Masuk / Daftar
13 Mei 2025
Ekonomi biru melibatkan berbagai sektor yang memanfaatkan potensi laut secara berkelanjutan. Beberapa komponen utama dari ekonomi biru antara lain:
Salah satu teknologi yang sangat penting dalam pengembangan ekonomi biru adalah dalam sektor akuakultur. Akuakultur atau budidaya ikan telah berkembang pesat dan menjadi sumber utama pangan di banyak negara termasuk Indonesia. Namun, sektor ini menghadapi tantangan besar, seperti dampak lingkungan yang dihasilkan dari tingginya permintaan seafood, polusi laut, dan kerusakan habitat laut. Teknologi akuakultur yang berkelanjutan, seperti sistem akuakultur tertutup dan pemantauan kualitas air menggunakan sensor pintar, dapat mengurangi dampak buruk terhadap ekosistem laut. Sistem akuakultur tertutup memungkinkan ikan dibudidayakan dalam lingkungan yang terkendali, mengurangi ketergantungan pada laut terbuka dan meminimalkan pencemaran.
Selain itu, energi terbarukan dari laut juga menjadi sektor yang semakin berkembang dalam ekonomi biru. Teknologi pembangkit energi ombak dan arus laut menawarkan solusi energi yang ramah lingkungan, menggantikan ketergantungan pada energi fosil. Dengan menggunakan teknologi ini, kita bisa memanfaatkan energi yang dihasilkan oleh gelombang laut dan arus laut untuk menghasilkan pembangkit listrik bersih yang tidak hanya dapat mengurangi emisi karbon, tetapi juga dapat menjadi peluang ekonomi baru di daerah pesisir. Beberapa negara telah mulai mengembangkan proyek-proyek energi laut yang dapat mengurangi polusi sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan di sektor energi terbarukan. Teknologi pemantauan laut juga memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan ekonomi biru. Penggunaan satelit untuk memantau kesehatan laut, suhu air, dan kandungan oksigen di perairan dapat memberikan data yang sangat dibutuhkan untuk pengelolaan ekosistem laut yang lebih baik. Inovasi seperti drone bawah laut juga memungkinkan ilmuwan untuk memetakan terumbu karang dan keanekaragaman hayati laut secara lebih efektif. Dengan memanfaatkan teknologi ini, kita bisa mendapatkan data yang lebih akurat untuk merencanakan langkah-langkah konservasi yang lebih efektif dan memantau dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut.
Namun, meskipun teknologi memiliki potensi besar untuk mendukung pengembangan ekonomi biru, ada beberapa tantangan yang perlu menjadi pertimbangan. Salah satunya adalah ketergantungan sektor-sektor kelautan pada sumber daya alam yang terbatas. Misalnya, penangkapan ikan berlebih tanpa regulasi (overfishing) tetap menjadi masalah besar di banyak wilayah, dan kerusakan habitat akibat perusakan terumbu karang dan mangrove mengancam keberlanjutan sumber daya ini. Teknologi memang dapat membantu memitigasi beberapa masalah ini, tetapi pengelolaan yang bijaksana dan penegakan kebijakan yang ketat tetap diperlukan agar ekonomi biru dapat berkembang secara berkelanjutan. Penggunaan teknologi harus sejalan dengan kebijakan yang mendukung konservasi dan perlindungan ekosistem laut, seperti yang dilakukan dalam kebijakan pengelolaan sumber daya berbasis ekosistem.
Selain itu, sektor-sektor dalam ekonomi biru sering kali saling bersaing untuk mengakses ruang laut yang terbatas. Misalnya, antara sektor perikanan, energi laut, dan pariwisata, yang dapat menyebabkan degradasi lingkungan jika tidak ada perencanaan ruang laut yang terpadu. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan teknologi dengan perencanaan ruang laut yang lebih baik agar setiap sektor bisa berkembang tanpa merusak sektor lainnya. Kebijakan ruang laut yang terkoordinasi dan pengawasan yang efektif sangat diperlukan untuk mengurangi konflik antar sektor dan menjaga kelestarian ekosistem laut.
Untuk itu, teknologi tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam sektor kelautan, tetapi juga untuk memastikan bahwa kegiatan ekonomi tidak merusak sumber daya alam yang seharusnya dikelola secara berkelanjutan. Teknologi monitoring, manajemen data, dan inovasi berbasis alam dapat menjadi kunci dalam mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan.
Sebagai kesimpulan, ekonomi biru menawarkan peluang besar untuk memperkuat perekonomian global sambil menjaga kelestarian laut sebagai ekosistem yang vital bagi kehidupan di Bumi. Teknologi inovatif memainkan peran penting dalam mewujudkan potensi ini, namun teknologi saja tidak cukup tanpa adanya kebijakan yang mendukung dan pengelolaan yang bijaksana.
"Blue Economy 3.0 is about combining economic growth with the regeneration of ecosystems, ensuring that development in the ocean does not deplete, but rather restores, the planet’s resources." -Gunter Pauli, 2020
Referensi:
Wenhai, L., Cusack, C., Baker, M., Tao, W., Mingbao, C., Paige, K., Xiaofan, Z., Levin, L., Escobar, E., Amon, D., Yue, Y., Reitz, A., Sepp Neves, A. A., O’Rourke, E., Mannarini, G., Pearlman, J., Tinker, J., Horsburgh, K. J., Lehodey, P., … Yufeng, Y. (2019). Successful blue economy examples with an emphasis on international perspectives. In Frontiers in Marine Science (Vol. 6, Issue JUN). Frontiers Media S.A. https://doi.org/10.3389/fmars.2019.00261
World Bank. (2017). The Growing Role of the Blue Economy. Dikutip dari https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrg0aXJlyBoH2oKBS9XNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzYEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1748176074/RO=10/RU=https://thedocs.worldbank.org/en/doc/446441473349079068-0010022016/original/AMCOECCBlueEconomyDevelopmentFramework.pdf/RK=2/RS=_.b4fOxjILmnDlXQSF5i333_Th8-
Populer