Masuk / Daftar
07 Juli 2025
Perkembangan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) memberikan banyak kemudahan dalam dunia pendidikan, termasuk bagi mahasiswa. Dengan hadirnya teknologi seperti ChatGPT, Grammarly, atau alat AI lainnya, mahasiswa dapat menggunakan alat-alat tersebut untuk membuat tulisan, menganalisis data, maupun mencari solusi untuk membantu memecahkan masalah akademik lainnya. Namun, di balik manfaat-manfaatnya, terdapat tantangan etis yang perlu disadari dan direspons dengan bijak. Mahasiswa harus tahu tentang etika dalam penggunaan AI agar tetap menjunjung nilai kejujuran dan tidak bergantung pada teknologi secara berlebihan.
Berikut adalah beberapa etika yang harus diketahui dan diterapkan oleh mahasiswa, antara lain:
1. Menghargai Integritas Akademik
AI seharusnya digunakan untuk mendukung proses belajar, bukan menggantikan usaha mahasiswa sepenuhnya. Misalnya, menggunakan AI untuk memahami konsep yang sulit, atau menyusun kerangka tulisan adalah hal yang diperbolehkan. Namun, jika mengerjakan seluruh tugas menggunakan AI tanpa ada kontribusi pribadi, maka termasuk bentuk plagiarisme. Etika dalam dunia akademik mengharuskan mahasiswa untuk membuat karya yang asli, dan mencantumkan sumber jika menggunakan bantuan AI.
2. Bersikap Jujur Jika Menggunakan AI
Sebaiknya, mahasiswa mengatakan dengan jujur kepada dosen atau pembimbing jika memang menggunakan AI dalam mengerjakan tugas atau proyek. Di beberapa kampus, ada kebijakan khusus tentang batasan dalam penggunaan AI. Dengan bersikap jujur, mahasiswa menunjukkan tanggung jawab secara etis dan dapat menghindari kesalahpahaman.
3. Memperhatikan Privasi dan Keamanan Data
Penggunaan aplikasi berbasis AI seringnya meminta untuk mengunggah data pribadi atau tugas kuliah. Mahasiswa harus benar-benar membaca kebijakan privasi dari aplikasi yang digunakan, dan tidak boleh memberikan informasi yang sensitif. Jika mengunggah tugas secara lengkap ke platform AI tanpa perlindungan data, maka ada resiko kebocoran informasi akademik.
4. Menjaga agar Tidak Bergantung pada AI
Jika bergantung pada AI secara berlebihan, maka dapat menghambat kemampuan berpikir untuk kritis dan kemandirian dalam belajar. Mahasiswa harus menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan proses belajar yang aktif dan reflektif. Dalam hal ini, mahasiswa harus tahu kapan menggunakan bantuan AI, maupun kapan menggunakan kemampuan diri sendiri.
5. Menggunakan AI dengan Adil dan Tidak Diskriminatif
AI dapat menghasilkan informasi yang bias (berpihak), tergantung data yang digunakan untuk mendapat informasi tersebut (prompt). Mahasiswa harus berpikir kritis terhadap hasil yang diberikan oleh AI, terutama jika berhubungan dengan hal-hal yang sensitif, seperti ras, etnis, suku, dan lain-lain. Pengguna AI harus berhati-hati agar tidak ikut menyebarkan informasi yang tidak adil atau diskriminatif.
Mahasiswa boleh saja menggunakan AI. Itu bukan sesuatu yang salah, asal dilakukan dengan memperhatikan dan menerapkan etika dalam penggunaannya, serta bertanggung jawab penuh. Dengan memahami dan menerapkan etika dalam penggunaannya, mahasiswa dapat menggunakan AI dengan cerdas dan bermartabat. Jadikan AI sebagai teman dalam belajar, bukan jalan pintas untuk mengerjakan tugas!
Referensi:
UNESCO. (2021). Recommendation on the Ethics of Artificial Intelligence. https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000380455
OECD. (nd). Principles for trustworthy AI. Diakses pada 5 Juli 2025, dari: https://oecd.ai/en/ai-principles
European Commission. (2019). Ethics guidelines for trustworthy AI. Diakses pada 5 Juli 2025, dari: https://digital-strategy.ec.europa.eu/en/library/ethics-guidelines-trustworthy-ai
(Nadine)
Populer