Masuk / Daftar
03 Mei 2025
Bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa kita semua menyukai gorengan, Jajanan (Street Food) satu ini menjadi primadona masyarakat indonesia karena harganya yang murah dan citarasa yang nikmat. Akan tetapi, siapa sangka bahwa camilan lezat ini menjadi penyebab kerugian negara hingga Rp. 60 Triliun dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah hal ini terus terjadi?
#Mengapa orang indonesia suka makan gorengan?
Gorengan sangat digemari oleh masyarakat hampir di semua kalangan usia. Harganya yang terjangkau dan banyak nya pilihan mulai dari asin hingga manis menjadikannya magnet bagi setiap kalangan. Beberapa list gorengan yang paling digemari antara lain tempe mendoan, tahu isi, bakwan hingga pisang goreng sangat mudah di temukan.
Menurut penelitian dari Eqi Ananta Adila Hanif, kebiasaan makan gorengan di Indonesia juga berkaitan dengan sensasi dan tekstur makanan yang “menyenangkan”, seperti bunyi "kriuk" dan rasa gurih. Sayangnya, kelezatan ini bisa sangat berbahaya.
Studi mengatakan bahwa mengkonsumsi gorengan lebih dari 4 kali dalam seminggu dapat meningkatkan risiko kerusakan hati (HF), diabetes tipe 2 (T2D), CAD, dan obesitas. Kualitas minyak yang dipakai juga sangat berpengaruh pada penyakit kardiovaskular.
#Lalu apa kaitannya dengan kerugian negara?
Diketahui dari 2014-2020 BPJS kesehatan terus mengalami defisit anggaran, akumulasi kerugian total mencapai mencapai Rp 60 Triliun dengan BPJS sendiri yang mencapai Rp 20 Triliun pada 2024. Hal ini dapat terjadi akibat lonjakan pasien dan kebutuhan utilitas yang semakin meningkat tiap tahunnya ditambah dengan menurunkannya kepatuhan masyarakat dalam membayar iuran semakin memperburuk arus kas BPJS. Peningkatan pasien yang disebabkan oleh konsumsi gorengan berlebih seperti Diabetes, Kerusakan hati dan penyakit kronis lainnya nyatanya membutuhkan biaya perawatan yang tinggi disisi lain kas BPJS yang terus mengalami defisit dari tahun ke tahun tidak kunjung menemukan angin segar. Jika hal ini terus terjadi bukan mustahil bahwa suatu hari nanti program layanan kesehatan ini memiliki tingkat keberlanjutan yang rendah.
#Peran akuntabilitas keuangan
Akuntabilitas keuangan adalah suatu konsep yang mengharuskan individu, kelompok, dan lembaga untuk bertanggung jawab atas pengelolaan dan penggunaan dana yang telah diperoleh. Beberapa tindakan yang dapat menjadi pertimbangan antara lain; (1) Transparansi pengelolaan laporan keuangan; (2) pengelolaan iuran dan klaim; (3) pengawasan dan evaluasi; (4) komitmen penyelesaian permasalahan.
Akuntabilitas keuangan mengharuskan adanya transparansi dan aksesibilitas pada laporan keuangan, lembaga berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang jelas, akurat, terkini, dan mudah dipahami. Dengan adanya informasi yang rinci maka pihak-pihak pemeriksa dapat lebih mudah mengidentifikasi sumber permasalahan sehingga solusi yang diberikan dapat lebih baik. Selanjutnya adalah diperlukannya pengelolaan iuran yang adil dan klaim yang transparan. Hal ini sangat diperlukan mengingat ketidakpatuhan pembayaran masih menjadi salah satu permasalahan BPJS, perhitungan iuran yang adil dan transparan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa iuran yang diterima adalah adil bagi masyarakat dan dan klaim mengenai BPJS tidak diskriminatif serta memudahkan peserta. Selain itu, peserta juga memiliki peran penting dalam pengawasan program kesehatan ini, melaporkan adanya ketidaksesuaian dan memberikan kritik membangun dapat membuka ruang transformasi bagi BPJS, hal ini dapat berjalan bersamaan dengan diperlukannya sambutan yang positif dari pemerintah dalam memberikan akses dan menerima masukan sehingga BPJS dalam berjalan lebih efisien dan menekankan keberlanjutan. Terakhir, komitmen untuk menyelesaikan masalah defisit sangat dibutuhkan, tanggung jawab BPJS dalam mengatasi permasalahan dengan transparan dan akuntabel dapat dilakukan dengan peninjauan kembali pelayanan yang tidak efisien dan penyesuaian kembali untuk meningkatkan pendapatan yang masuk.
Referensi:
Djoussé, L., Petrone, A. B., & Michael Gaziano, J. (2015). Consumption of fried foods and risk of heart failure in the physicians’ health study. Journal of the American Heart Association, 4(4). https://doi.org/10.1161/JAHA.114.001740
Gadiraju TV, Patel Y, Gaziano JM, Djoussé L. Fried Food Consumption and Cardiovascular Health: A Review of Current Evidence. Nutrients. 2015 Oct 6;7(10):8424-30. doi: 10.3390/nu7105404. PMID: 26457715; PMCID: PMC4632424.
PB, Muslikhin (2025, Maret 21) “Bikin Rugi Negara Rp 60 Triliun, 10 Kota di Indonesia yang Warganya Kecanduan Gorengan, Nomor 1 Ternyata Kota Batang”. Diakses dari: https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr.0iLzxRFoxLMBA4FXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1747204851/RO=10/RU=https://www.pojokbaca.id/pojok-jateng/225795149/bikin-rugi-negara-rp-60-triliun-10-kota-di-indonesia-yang-warganya-kecanduan-gorengan-nomor-1-ternyata-kota-batang/RK=2/RS=XLf4ilQmo5EcFA.qQ8aQCOioq0E-
Zainafree, I., Maharani, C., Syukria, N., Margareta, M., Patriajati, R., Putri, D. A., Tsuroyya, S. L., Wigatie, R. A., Apriyani, W., Putri, G., Vila Bela, M., Studi, P., Masyarakat, K., & Kedokteran, F. (n.d.). BAB I. DEFISIT DAN SURPLUS BPJS KESEHATAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.
Populer