Masuk / Daftar
23 November 2023
Penulis: Prof. Drs.ec. Sujoko Efferin, M.Com (Hons), M.A., Ph.D
Guru Besar Akuntansi Universitas Surabaya
Pada era digital yang sedang berkembang pesat ini, kemajuan teknologi telah mengubah aktivitas bisnis dan dunia kerja secara dramatis. Salah satu perkembangan yang paling signifikan adalah perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). AI telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kerja dan personal, termasuk dunia akuntansi. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana masa depan profesi akuntan akan terbentuk di era AI.
AI dan Profesi Akuntan
Peran tradisional seorang akuntan melibatkan pengumpulan, analisis, dan pelaporan informasi keuangan. Namun, dengan kemajuan teknologi seperti AI, sebagian besar dari tugas-tugas ini dapat diotomatisasi. AI mampu melakukan analisis data dengan cepat, mengidentifikasi pola, dan bahkan memberikan rekomendasi bisnis berdasarkan data historis dan tren.
Akuntan dapat beralih dari fokus pada pekerjaan rutin yang berulang menjadi lebih berorientasi pada interpretasi data, analisis mendalam, dan pengambilan keputusan strategis. Ini memungkinkan akuntan untuk berkontribusi lebih besar bagi pertumbuhan dan pengembangan bisnis, berkolaborasi dengan berbagai stakeholders, dan berperan sebagai mitra strategis dalam pengambilan keputusan organisasi.
Dengan adopsi AI, peran akuntan akan mengalami transformasi yang signifikan. Transformasi ini meliputi berbagai aspek:
Analisis data lebih mendalam: Akuntan akan mampu melakukan analisis data yang lebih dalam dan kompleks untuk menghasilkan wawasan yang lebih komprehensif bagi badan usaha. Akuntan dapat menggunakan AI untuk menggali pola-pola yang tidak terlihat dan mengidentifikasi peluang atau risiko yang berpotensi terlewatkan.
Peran penasehat strategis: Akuntan dapat berperan sebagai penasihat strategis yang berkontribusi pada rencana strategis bisnis. Dengan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang data keuangan dan tren pasar, mereka dapat membantu badan usaha membuat keputusan yang lebih baik untuk pertumbuhan maupun ekspansi.
Kolaborasi lintas disiplin: Implementasi AI akan mendorong kolaborasi yang lebih erat antara akuntansi dan teknologi. Akuntan dapat bekerja sama dengan pakar teknologi untuk memastikan integrasi antara sistem informasi akuntansi/manajemen dan aplikasi AI.
Kualitas data yang lebih baik: AI dapat membantu dalam pembersihan dan normalisasi data keuangan, mengurangi kesalahan manusia dan memastikan integritas data yang lebih tinggi.
Meskipun masa depan profesi akuntan di era AI menjanjikan banyak potensi, juga ada tantangan yang perlu diatasi:
Keamanan data dan privasi: Penggunaan AI membutuhkan akses ke data yang besar dan bervariasi. Namun, ini juga menimbulkan risiko terhadap pelanggaran privasi dan kebocoran data. Perlindungan data dan kepatuhan regulasi sangatlah krusial.
Keterampilan dan pendidikan: Profesi akuntansi perlu mengembangkan keterampilan baru untuk mengoperasikan teknologi AI. Pelatihan dan pendidikan yang berkelanjutan akan menjadi penting untuk menjaga profesionalisme dalam menghadapi perubahan teknologi.
Aspek moral dan etika dalam pengambilan putusan AI: Penggunaan AI dalam pengambilan putusan bisnis memunculkan masalah moral dan etika, terutama dalam hal putusan yang berdampak signifikan. Bagaimana akuntan menangani implikasi moral/etis dari putusan yang dibuat oleh algoritma AI perlu menjadi pertimbangan yang mendasar.
Kesehatan mental dalam beradaptasi: Mengadopsi teknologi baru seringkali memerlukan perubahan dalam budaya organisasi dan proses bisnis. Akuntan harus siap untuk mengelola perubahan ini dengan baik, membantu organisasi beradaptasi, dan mengantisipasi masalah kesehatan mental yang muncul.
Dampak AI terhadap Kesehatan Mental Akuntan
Era kecerdasan buatan (AI) membawa perubahan besar dalam cara kerja banyak profesi, termasuk akuntan. AI dapat berimplikasi terhadap kesehatan mental akuntan, yaitu menimbulkan kekuatiran akan penggantian pekerjaan manusia oleh mesin. Akuntan mungkin merasa kuatir tentang keberlangsungan pekerjaan mereka dan perubahan dramatis dalam tuntutan pekerjaan sehari-hari.
Kekuatiran ini menimbulkan tingkat stres yang tinggi. Pengenalan AI dapat meningkatkan tekanan pada akuntan untuk memahami dan mengintegrasikan teknologi ini ke dalam pekerjaan mereka. Selain itu, belajar dan beradaptasi dengan alat dan metode baru dapat menimbulkan stres tambahan. Jika tidak digunakan secara tepat, penggunaan teknologi AI akan menyebabkan munculnya risiko kesalahan yang berdampak menyeluruh dalam bisnis maupun internal badan usaha. Akuntan menanggung beban mental yang lebih besar untuk mampu beradaptasi dengan baik dan memastikan integritas dan keamanan data yang menjadi tanggung jawabnya.
Meskipun otomatisasi dapat mengurangi beban tugas rutin dengan adanya AI, ini juga berarti bahwa sisa pekerjaan menjadi lebih kompleks dan memerlukan analisis yang lebih mendalam. Ini tentunya menyebabkan munculnya tuntutan pekerjaan yang makin tinggi. Beban yang dulunya ditanggung oleh banyak tim kerja dan individu akan berada di pundak lebih sedikit orang di mana akuntan adalah salah satu personel kunci yang harus menerima tanggung jawab dan konsekuensi yang lebih besar.
Peran Mindfulness dalam Meningkatkan Kesehatan Mental Akuntan di Era AI
Mindfulness, atau kesadaran penuh, adalah kondisi mental yang berfokus pada kehadiran pikiran kita di sini dan sekarang, tanpa terjebak pada ketakutan, kekuatiran, dan kemarahan pada apa yang sudah terjadi di masa lalu maupun yang mungkin terjadi di masa depan. Ini melibatkan kesadaran terhadap apa yang terjadi dalam diri kita yaitu pikiran, perasaan, dan sensasi tubuh dan di luar diri kita/lingkungan tanpa larut dalam kemelekatan dan penolakan. Mindfulness dapat dilatih melalui meditasi mindfulness secara rutin dan diterapkan dalam berbagai aktivitas sehari-hari, seperti saat membaca, berkomunikasi, makan, berkendara, bekerja, dan lain-lain.
Meskipun pelatihan meditasi mindfulness berasal dari tradisi Buddhisme sejak 2500 tahun yang lalu, namun praktek ini bersifat ilmiah, universal dan tidak harus dikaitkan dengan afiliasi religius tertentu. Saat ini sudah sangat banyak riset yang mengkonfirmasi manfaat meditasi mindfulness dalam berbagai bidang, antara lain neuroscience, kesehatan masyarakat, kedokteran, psikologi, pendidikan, bisnis, biologi, dan sebagainya. Berbagai kantor konsultan maupun KAP kelas dunia (contoh Boston Consulting Group, Ernst and Young, KPMG dan PWC) bahkan sudah menawarkan program pelatihan mindfulness ke kliennya maupun karyawannya sendiri.
Dalam konteks kesehatan mental akuntan, mindfulness dapat berperan sebagai ketrampilan fundamental untuk membantu mengelola pikiran dan meningkatkan kesehatan mental maupun fisik. Ada beberapa cara di mana mindfulness mendukung pekerjaan akuntan. Antara lain:
Mengurangi Stres dan kecemasan: Meditasi mindfulness membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan yang mungkin timbul dari perubahan dalam peran akuntan akibat perkembangan AI.
Meningkatkan konsentrasi dan produktivitas: Mindfulness dapat membantu meningkatkan konsentrasi dan fokus, membantu akuntan untuk tetap terlibat dalam pekerjaan mereka tanpa terlalu terpengaruh oleh distraksi atau perasaan cemas.
Mengelola respon menghadapi perubahan: Mindfulness membantu dalam mengembangkan sikap yang terbuka terhadap perubahan. Ini menjadikan akuntan lebih mudah beradaptasi dengan teknologi baru dan perubahan dalam aktivitas kerja mereka.
Mengelola tekanan pekerjaan: Dengan meningkatkan kesadaran di sini dan sekarang, akuntan dapat memahami lebih baik sumber tekanan dan belajar untuk meresponsnya dengan lebih efektif. Ini dapat membantu mencegah burnout dan masalah kesehatan mental lainnya.
Jika kesehatan mental membaik maka juga membantu kesehatan fisik. Saat kita stress, tubuh akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan. Hormon ini bertanggungjawab untuk berbagai masalah fisik, seperti diabetes, jantung, tekanan darah tinggi, sakit lambung, imun tubuh menurun, gangguan tidur, dan masih banyak lagi. Karenanya berlatih meditasi mindfulness sebenarnya juga membantu kesehtan fisik terutama mereka yang sering mengalami tekanan pekerjaan.
Peningkatan ketrampilan interpersonal: Mindfulness juga dapat meningkatkan kemampuan akuntan dalam berkomunikasi dan berkolaborasi. Dengan lebih sadar akan pikiran dan perasaan mereka sendiri, mereka dapat lebih baik memahami orang lain dan membangun hubungan yang sehat di lingkungan kerja. Pada gilirannya ini membantu meningkatkan sikap welas asih terhadap semua makhluk dan ekosistem.
Mendorong kreativitas dan inovasi: Praktik mindfulness dapat menumbuhkan kreativitas dan pemikiran inovatif. Dalam menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh perubahan teknologi, kemampuan untuk mampu berpikir out of the box menjadi semakin penting.
Konklusi
Dalam menghadapi perubahan yang cepat dalam era digitalisasi dan kecerdasan buatan, kesehatan mental akuntan adalah aspek yang krusial. Mindfulness perlu diterapkan menjadi sebuah gaya hidup dan dilatih sejak menempuh pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Sesungguhnya yang membutuhkan ketrampilan untuk hidup secara mindful bukan hanya akuntan namun setiap orang. Perkembangan teknologi yang pesat dan munculnya AI akan menyebabkan semakin meluasnya masalah kesehatan mental dan fisik, serta hilangnya interaksi yang positif di antara manusia, binatang, tumbuhan, dan ekosistem. Kombinasi antara peningkatan keterampilan teknis dan kesehatan mental dapat membantu akuntan untuk survive dan berkembang dalam era AI.
---
Populer
Berita Selengkapnya
Artikel Selengkapnya
Cerita Sukses Selengkapnya
Tips & Triks Selengkapnya